Teknologi Industri Hiburan Potensi Menguat Kembali
HiburanTeknologi

Teknologi Industri Hiburan Potensi Menguat Kembali

Teknologi Industri Hiburan Potensi Menguat Kembali – Delegasi tersebut terdiri dari pejabat senior dari Pemerintah Daerah Administratif Khusus Hong Kong (HKSAR) dan 30 pemimpin bisnis yang mewakili sektor pengembangan ekonomi, jasa keuangan, logistik inovasi, transportasi, dan hiburan.

Teknologi Industri Hiburan Potensi Menguat KembaliTeknologi Industri Hiburan Potensi Menguat Kembali

Kerja sama dibahas untuk mempromosikan perdagangan dan ekonomi antara kedua negara, memperkuat hubungan, memperluas jaringan dan memanfaatkan kebijakan baru Hong Kong seperti Guangdong-Hong Kong-Macau Greater Bay Area (GBA), inisiatif One Belt One Road (BRI) dan perjanjian kerja sama baru seperti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) untuk investasi dan potensi bisnis.

Baca Juga : Teknologi Semakin Mendominasi Industri Hiburan 2024

Salah satu delegasi, Media Asia Group Holdings Limited, adalah perusahaan industri hiburan yang mencari kerja sama di sektor kreatif dan hiburan di Indonesia. Contohnya termasuk film, serial TV, konten over-the-top (OTT), musik dan konser live.

CT Yip, Direktur Eksekutif Media Asia Group Holdings, mengatakan kepada CNBC Indonesia secara eksklusif bahwa tujuannya mengikuti kunjungan bisnis tersebut adalah untuk lebih mengenal Indonesia, khususnya pasar Indonesia.

“Saya datang ke sini untuk mencari teman baru [mitra kerja sama], memahami Indonesia dan berbisnis,” ujar CT Yip dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia, Rabu (26/7/2023).

Jadi apa itu Media Asia Group Holdings? Apa fokus kerja sama mereka di Indonesia? Bagaimana pandangan mereka terhadap industri kreatif, budaya dan hiburan di Asia dan Indonesia? Berikut adalah transkrip wawancara tersebut.

Tentang Media Asia Group Limited.

atpsanmarino.com ,Media Asia Group Limited adalah sebuah grup perusahaan produksi media yang memiliki reputasi dan pengaruh yang kuat di industri hiburan Hong Kong. Bahkan, perusahaan ini memiliki pengaruh yang sangat besar di Tiongkok dan RRT.

CT Yip menjelaskan bahwa Media Asia Group telah melakukan banyak produksi hiburan dalam 20 tahun terakhir. Misalnya, telah memproduksi atau ikut memproduksi lebih dari 300 film.

Beberapa dari film tersebut sudah dikenal oleh masyarakat luas. Misalnya, trilogi film aksi thriller Infernal Affairs yang dibintangi oleh Andy Lau dan Tony Leung antara tahun 2002 dan 2003. Mereka juga memproduksi adaptasi live-action dari manga Initial D, di mana penyanyi Taiwan Jay Chou mengambil langkah pertamanya ke dalam industri film.

Mereka juga terlibat dalam produksi film aksi kriminal The Mole, yang disutradarai oleh Martin Scorsese dan dibintangi oleh Matt Damon dan Leonardo Di Caprio. The Mole berhasil meraih penghargaan Academy Award untuk kategori Film Terbaik.

CT Yip menambahkan bahwa pihaknya kini juga tengah menggarap serial TV melalui platform OTT. Apalagi, bahasa tidak lagi menjadi penghalang bagi masyarakat global untuk menonton serial TV dari negara manapun.

Contohnya seperti Squid Game yang populer di Argentina dan drama Korea di Indonesia. Platform streaming seperti Youku dan Tencent juga sedang naik daun di Cina.

“Mereka [platform streaming] membutuhkan banyak serial TV dan drama untuk platform mereka selama tujuh atau delapan tahun terakhir, dan kami telah berfokus pada bisnis produksi TV kami.

Tidak hanya itu, platform mereka juga memiliki perpustakaan musik Cantopop (istilah Hong Kong untuk musik pop Kanton). Selain itu, kami akan semakin fokus untuk menyediakan platform bagi penyanyi generasi sekarang dan generasi berikutnya, tidak hanya untuk pasar Tiongkok dan Hong Kong, tetapi juga untuk pasar global.” Kerjasama di Indonesia

Media Asia Group Holdings mengunjungi Indonesia dan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN). Nota Kesepahaman ini merupakan salah satu dari 15 Nota Kesepahaman lainnya yang telah disepakati.

“Dalam bisnis kami dengan MNC Group, kami menandatangani MoU untuk joint content production (kerjasama) di bidang film, televisi, dan musik,” kata CT Yip.

Alasan memiliki mitra di Indonesia adalah karena potensi penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta jiwa semakin mengapresiasi film dan serial dari Asia Timur, termasuk Hong Kong dan China.

Yip juga mengatakan bahwa dengan banyaknya jumlah orang Tionghoa yang tinggal di ASEAN, Indonesia dapat menjadi titik awal yang baik untuk memasuki pasar ASEAN. Ia berharap kerjasama di Indonesia dapat menciptakan peluang lain untuk menarik penonton seperti di Thailand, Singapura dan Malaysia.

CT Yip mengatakan bahwa Indonesia akan memiliki populasi yang produktif pada tahun 2045, yang sangat menjanjikan bagi industri hiburan kreatif di Indonesia. Menurutnya, perkembangan Indonesia yang pesat dengan pemerintahan yang stabil dapat menstimulasi peluang yang besar. Hal ini didukung dengan peningkatan konsumsi di Indonesia yang secara aktif diciptakan oleh generasi muda.

“Kami melihat ini sangat menjanjikan tidak hanya di sektor hiburan, tetapi juga di sektor konsumer, sektor barang konsumsi, sektor makanan dan minuman, sektor otomotif, karena ada peluang pertumbuhan yang sangat besar di semua sektor.

CT Yip juga berbicara mengenai optimismenya terhadap industri musik Asia di seluruh dunia. Menurutnya, musik Asia selalu memiliki potensi yang besar dengan musik yang berkualitas tinggi sejak era klasik. Hong Kong, misalnya, memiliki banyak artis seperti Anita Mui, Leslie Cheung, dan Grasshopper yang sering melakukan tur keliling dunia. Sedangkan Taiwan memiliki F4 yang pernah menjadi idola remaja.

Selain itu, menjamurnya artis-artis besar di seluruh Asia, seperti boy dan girlband Korea dan grup idola Jepang, juga semakin memperkuat industri musik Asia. Hal ini didukung dengan semakin canggihnya platform streaming musik, yang menyediakan platform bagi warga dunia untuk menikmati musik Asia.

Kepentingan dan masa depan kerja sama Hong Kong-Indonesia

Kunjungan delegasi HKTDC menandai era baru kerjasama yang lebih komprehensif antara Hong Kong dan Indonesia. Hal ini pada gilirannya akan menarik lebih banyak pebisnis dan investor untuk mengunjungi Indonesia.

CT Yip menyatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa Hong Kong tertarik dengan pasar Indonesia. Pertama, letak geografis Indonesia yang tidak jauh dengan rute penerbangan yang terbuka, sehingga memudahkan para pebisnis untuk melakukan perjalanan untuk melakukan kerjasama.

Selain itu, potensi ekonominya yang berkembang pesat dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa juga menjadi peluang besar bagi Hong Kong.

“Kami memiliki Singapura, Malaysia, Indonesia, Hong Kong dan sekarang Tiongkok, negara terbesar di Asia. Saya pikir itu adalah fokus utama komunitas bisnis di Hong Kong,” lanjutnya.

CT Yip berharap di masa mendatang, Hong Kong dan Indonesia akan terus menjalin hubungan kerja sama dan melakukan pertukaran yang lebih aktif baik antara pemerintah maupun pelaku bisnis. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang berpartisipasi dalam program One Belt One Road Initiative (BRI), atau program diplomasi ekonomi untuk kerja sama perdagangan dengan negara-negara mitra.

Baca Juga : Teknologi Mengungkapkan Saat Bermain Alat Musik Berdampak Bagi Kesehatan Otak

“Kami melihat satu sama lain sebagai teman dekat. Kami ingin berbicara lebih banyak, kami ingin melakukan lebih banyak bisnis, kami ingin datang ke sini lebih banyak, kami menyambut orang Indonesia dengan tangan terbuka di Hong Kong,” katanya. “Saya berharap lebih banyak orang Indonesia yang datang ke Hong Kong dan saya ingin lebih banyak orang dari Hong Kong yang datang ke Indonesia, saya pikir Indonesia adalah tempat yang tepat tidak hanya untuk berbisnis, tetapi juga untuk pergi ke Bali atau ke mana pun Anda ingin pergi,” tutupnya.